Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Perhatikan penting bagi mental anak

Mental anak


Mendidik anak itu susah-susah gampang. Tidak semua cara mendidik itu baik bagi anak, ada juga cara mendidik yang salah sehingga berbahaya bagi mental anak.

Berikut ini cara mendidik anak yang salah :

A. BENTAKAN

Lebih dari 10 triliyun sel otak pada anak saat perkembangannya. 

Jika terjadi bentakan pada anak, maka sel otak yang sedang berkembang tersebut bisa mati sekira 10 mliyaran sel otak lebih.

Maka sebaliknya jika ada pujian, senyuman dan kasih sayang pada anak, sel otak akan lebih bertumbuh 10 triliyun.

Kemarahan yang mengakibatkan bentakan kepada anak selain berefek buruk pada perkembangan sel otak, juga akan berakibat buruk pada emosional, psikologis dan sikap anak.

Mungkin tidak nampak oleh mata perubahan biologis anak secara langsung, tapi akan nampak secara nyata pengaruh besar peran orang tua dalam pertumbuhan fisik maupun mentalnya.

Jadi baik buruknya perkembangan fisik dan mental anak tergantung didikan orang tua sehari-hari dilingkungannya. Apakah orang lain juga berpengaruh, seperti guru, keluarga lain dan teman-temannya?

Saya rasa sama saja.

Mungkin sudah pada mafhum kata-kata apa yang biasanya dikeluarkan saat membentak anak. Selain kata-kata negatif bisa juga kata-kata biasa saja tapi saat mengatakannya dibarengi dengan intonasi yang keras menusuk hati yang mendengarnya.

Kata "tidur" itu biasa, tapi jika dibarengi intonasi yang keras sudah pasti menjadi kata negatif.

Berikut dampak negatif dari bentakan terhadap anak yang dilakukan orang sekitarnya :

  • Anak menjadi tidak percaya diri
  • Anak memiliki sifat egois, dan keras kepala 
  • Anak suka menentang
  • Anak menjadi apatis dan tidak perduli terhadap sekitarnya
  • Memiliki pribadi introvet, bahkan ke orang tua pun.
  • Anak menjadi pemarah 
  • Anak tidak inisiatif
  • Anak menjadi trauma
  • Menjadi penakut 
  • Anak menjadi depresif
  • Tingkat kecerdasan menurun
  • Meniru perlakuan orang tua dan lingkungannya
  • Memiliki etika sosial yang buruk 
  • Tidak mampu bermimpi besar 
  • Jantung anak akan mudah kelelahan, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan jantungnya
  • Anak lebih banyak melamun, fikiran nya kosong
  • Lebih mudah merasa stress

B. PERUNDUNGAN

Istilah bullying mungkin lebih populer dari pada perundungan. Ada dua kategori perundungan yang biasanya terjadi pada anak, yaitu perundungan secara verbal dan perundungan secara fisik.

Perundungan terjadi bukan dari orang luar atau teman si anak saja, tapi bisa saja terjadi dilakukan oleh orang tuanya baik secara sadar maupun tidak.

Perundungan verbal misalnya secara tidak sadar orang tua mengatai anak "Dasar anak bodoh, gitu aja ga becus". Padahal jika orang tua bicara seperti itu, dia sedang mengatai dirinya sediri bahwa dia orang tua dari anak yang dikatai dia bodoh. Sama juga orang tua "Bodoh".

Perundungan fisik ini yang juga tidak kalah bahaya efek bagi perkembangan anak. Contoh yang sering dilakukan orang tua adalah "Mencubit" anak. Biasanya saat mencubit bukan hanya perundungan fisik, tapi juga biasanya disertai dengan verbal. 

Anak yang sering di rundung atau di bully secara fisik mungkin tidak akan berbeda dengan pertumbuhan anak yang lainnya. Tapi secara mental pasti berbeda.

Anak yang mendapatkan perundungan biasanya melampiaskan lagi kepada anak lain, sehingga anak terlihat "galak" atau ucapannya "tidak beretika".

C. KALIMAT NEGATIF

Selain bentakan pada anak ada pula kata-kata yang sepertinya lembut tapi ternyata bisa berakibat cukup fatal juga pada perkembangan mental anak.

Misalnya kata-kata berikut ini :

1. Saat anak tidak mau tidur
"Sudah malam loh ayo tidur nanti ada hantu...ih takuut"
Kalimat diatas intonasinya jelas tidak membentak, tapi dapat berakibat buruk pada perkembangan mentalnya.

Dalam benaknya akan tertanam rasa "TAKUT" bahwa akan ada hantu (Padahal hantu jelas-jelas tidak ada wujud maupun rupanya) jika malam belum tidur, dan rasa itu akan terbawa hingga dia beranjak dewasa.

Apalagi jika perintah tidur dengan cara membentak anak dengan kata "AYO TIDUR CEPET, DASAR.....". Wah ini lebih parah lagi, tidak tahu seperti apa anak kelak nanti.

Sebaiknya katakan : 
"Ayo nak kita tidur, biar nanti sholat shubuhnya tidak kesiangan dan tubuhmu bisa lebih segar"

Anak mungkin tidak akan mengerti dengan maksud kata-kata atau kalimatnya, tapi secara tidak langsung kita sedang menanamkan kalimat positif pada anak. 

2. Saat anak ingin dibelikan mainan

Ketika kita tidak mau membelikan anak mainan dengan berbagai faktor, kita senantasa mengeluarkan jurus atau alasan biar anak "mau" tidak jadi beli mainan yang diinginkannya.

Misalnya dengan kalimat :

"Ibu ga bawa uang, nanti aja belinya ya.."   atau

"Nanti di depan aja belinya, disana ada yang lebih bagus" 

Seketika mungkin berhasil jurus yang dikeluarkan kita untuk menggagalkan keinginan anak untuk membeli mainan barunya.

Tapi sadarkah, ternyata kalimat tersebut sedang menanamkan sifat BOHONG kepada anak. Kita secara tidak langsung sedang mengajarkan bahwa boleh berbohong untuk mencapai apa yang kita inginkan. 

Jadi sebaiknya kalimat apa yang lebih baik ? Bisa dengan kalimat atau kata-kata berikut :

"Mau mainan itu ya? kita nabung dulu yuk, jika sudah terkumpul baru boleh beli mainannya"

Apakah anak mau? saya rasa tidak hehehe

Tapi dengan kalimat tersebut kita sedang menanamkan kejujuran dan tanggung jawab kepada anak. Itu lebih baik daripada kita menyesal nanti dikemudian hari.

3. Saat anak terjatuh

Akibat keseimbangan anak belum sempurna maka kerapkali anak terjatuh, asal jatuhnya dalam kadar aman dan tidak mengakibatkan cedera parah maka kita tidak usah panik.

Saat anak terjatuh spontan biasanya orang tua akan berkata :

"Lantainya nakal, biar ibu pukul ya lantainya.." sambil memukul lantai yang diam tidak berdosa.

Kasihan sekali lantai yang tidak berdosa itu disalahkan cuman supaya anak berhenti menangis. 

Orang tua seperti itu sedang mendidik anak untuk "MENYALAHKAN" orang lain atas kesalahan yang menimpa dirinya (anak). Alangkah lebih baik jika berkata seperti :

"Mana yang sakit nak? biar ibu obati, lain kali hati-hati jika berjalan disini ya..."

Biarlah anak merasakan sakit sedikit jika dia tidak hati-hati ketika berjalan. Dan jangan biarkan anak untuk belajar menghakimi orang lain atas kesalahan dirinya sendiri.

4. Saat anak tidak mau menghabiskan makannya

Saat anak makan kadangkala tidak sampai habis karena sudah merasa kenyang atau ada faktor lain yang mengganggu nafsu makannya.

Daripada mengatakan :

"Ayo cepat habiskan makannya nanti nasinya nangis"

Lebih baik mengatakan :

"Mari nak kita habiskan makannya, supaya tidak mubajir"

Kalimat terakhir sangat logis daripada kalimat pertama yang mengajarkan anak untuk berfikir tidak logis.

 D. ANCAMAN

Senjata selanjutnya yang digunakan agar anak menuruti keinginan orang tua bisanya adalah ancaman. 

Ada 4 jenis ancaman orang tua kepada anak yang disadari ataupun tidak. Ancaman pun dapat mengganggu perkembangan mental anak.

Diantaranya adalah :

1. Ancaman sarkasme

Seorang ibu yang sudah memasakkan anaknya masakan spesial tapi anak tidak menghabiskan makanannya.

"Awas ya ibu tidak akan masakkan lagi jika kamu tidak habiskan makanannya"

2. Ancaman Retoris

Ancaman ini jenisnya pertanyaan yang mereflesikan kepada hal-hal kurang baik menurut orang tuanya.

"Kalau kamu tidak belajar nanti hidup kamu susah kaya gelandangan dijalan"

3. Ancaman Pilihan

Seakan akan orang tua memberkan sebuah pilihan kepada anak, padahal dia sedang mengancam anak.

"Diam ya jangan nangis lagi atau ibu tinggal di sini."

4. Ancaman Labeling

Orang tua melabeli anak dengan kata-kata positif padahal sedang mengancamnya.

"Kamu harus berani, gimana kalau sudah gede nanti."  

Ancaman-ancaman diatas sering kali orang tua lakukan dalam keseharian termasuk ketika mendidik anak. Biasanya dengan ancaman akan langsung terlihat kepada mental anak.

Anak cenderung akan kembali "mengancam" orang tua jika dia menginginkan sesuatu.


Semua didikan di atas sadar ataupun tidak sebenarnya adalah warisan dari orang tua kita dulu saat mendidik kita. Dan selanjutnya "diwariskan" kepada turunan kita.

Apakah akan terus berlanjut seperti itu mata rantai pendidikan orang tua?

Alangkah baiknya kita mulai putus dari sekarang rantai pendidikan salah orang tua kita dulu. Saat ini gunakanlah teknik-teknik mendidik yang lebih baik.

Posting Komentar untuk "Perhatikan penting bagi mental anak"